Suara Orang Muda dalam Indonesian Youth Summit on Tobacco Control 2: Saatnya Gunakan Momen Politik Pemilu untuk Mencari Pemimpin yang Berpihak pada Kesehatan Publik.

Jakarta, 15 Desember 2023 – Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) bekerja
sama dengan BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan Tempo Media
Group menyelenggarakan Indonesian Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) 2 pada 14
Desember 2023. IYSTC pada tahun ini mengangkat tema “Cerdas Berpolitik untuk Kebijakan
yang Berpihak pada Kesehatan Publik”. Acara ini dihadiri setidaknya 100 orang peserta
secara luring dan telah ditonton oleh lebih dari 3000 (tiga ribu) orang pada streaming
youtube. Acara ini terdiri dari talk show muda berpolitik, paparan hasil survei orang muda,
peluncuran website Pilihan Tanpa Beban, serta debat partai politik untuk isu pengendalian
konsumsi rokok di Indonesia. Acara ini merupakan acara di tahun kedua, setelah sebelumnya
dilaksanakan pada 2022 lalu. Harapannya, IYSTC 2 ini dapat mendorong anak muda
berpartisipasi secara bermakna dalam mengambil inisiatif untuk memilih calon pemimpin
yang pro terhadap kesehatan, termasuk mengendalikan rokok di Indonesia.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh keresahan IYCTC pada isu kesehatan yang menjadi isu minor
dalam perumusan kebijakan. Perspektif ini harus diubah mengingat momentum politik yaitu Pemilu
2024 akan segera hadir, menjadi penting bagi masyarakat sipil untuk terus mendorong narasi
progresif agar seluruh kandidat mulai dari Capres-Cawapres hingga Caleg RI dan daerah dapat
mengambil perhatian serius pada isu ini. Adapun masalah kesehatan di Indonesia ditunjukkan
dengan indikasi buruk bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok tertinggi ke-3 di
dunia setelah China dan India. Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS, 2022) menyatakan 70,2 Juta
penduduk Indonesia adalah perokok, angka ini meningkat 8,4 juta selama 1 dekade. Belum lagi 83%
perokok di dunia, mulai merokok sejak umur 14-25 tahun. Mirisnya, Indonesia adalah salah satu
negara yang usia perokoknya semakin dini.

Hal ini pun dikonfirmasi oleh Eva Susanti, Direktur Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, pada keynote speech nya di acara IYSTC 2, “Data Tobacco
Control Atlas menyebutkan, Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah perokok terbanyak
di Asia. Dari GATS kita ketahui bahwa perilaku merokok ini masih menjadi ancaman dan terlebih
anak-anak sudah mulai merokok di bawah usia 18 tahun. Lebih parahnya, hasil studi terkait beban
penyakit, akibat penyakit tidak menular akan terjadi disabilitas dan kematian dini yang meningkat
pada usia remaja dan puncaknya pada usia produktif. Salah satu faktor risikonya adalah perilaku
merokok,” jelas Eva.

Eva menambahkan bahwa sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), Indonesia
memandang peran anak muda sangat penting. Undang-Undang menyebutkan bahwa Pemerintah
wajib mensinergikan keterlibatan dan partisipasi aktif dari generasi muda secara inklusif untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan. Maka, dalam IYSTC #2 juga menghadirkan perwakilan
pemuda dalam talk show Muda Berpolitik.

Ni Made Shellasih, Program Manager IYCTC, dalam membuka sesi talk show menyoroti bahwa
Indonesia menempati urutan ke-4 tertinggi di dunia pada indeks tobacco industry interference
dengan skor 84. Hal ini membuat komitmen politik pemerintah dalam mengatur konsumsi rokok
tidak optimal, terbukti dari lemahnya pengaturan konsumsi rokok di UU Kesehatan Omnibus Law
yang baru ataupun pada proses dead-locknya wacana revisi Peraturan Pemerintah nomor 109 tahun
2012 tentang Pengendalian Bahan Mengandung Zat Adiktif Berupa Tembakau Bagi Kesehatan yang
seharusnya sudah direvisi sejak 2018 namun berakhir tidak selesai. “Rokok produk legal tapi tidak
normal, maka perlu dikendalikan konsumsinya. Saat ini pemerintah sedang menyusun RPP
Kesehatan yang salah satunya mengatur tentang pasal zat adiktif. Kami mendesak agar kebijakan
yang seharusnya memperkuat regulasi sebelumnya, tidak lagi diintervensi oleh industri rokok.
Momentum Pemilu seharusnya tidak menghambat kebijakan pro perlindungan anak dan kesehatan
masyarakat,” jelas Shella.

Berbicara tentang isu kesehatan dan pengendalian rokok, Melki Sedek Huang, Ketua BEM
Universitas Indonesia turut menyampaikan bahwa isu ini harus diperjuangkan dan disuarakan
secara kritis supaya tidak bisa diintervensi oleh industri. “Kebebasan anak muda dalam
menyampaikan pendapatnya harus dijamin keamanannya. Semakin sering anak muda berisik,
semakin baik. Hari ini kita memang susah, memang ini sistem, tetapi kalau sistem ini dibantu dengan
kehadiran dari anak muda, maka itu jadi tonggak untuk mendukung hal yang lebih baik di masa
depan,” tegas Melki. Hal ini pun diamini oleh Rian Fahardhi, Founder Distrik Berisik, “Hari ini
concern-nya adalah bagaimana anak muda bisa membangun solidaritas. Bangun kekuatan di isu
masing-masing. Kita butuh kekuatan dan kesadaran. Usaha yang bisa kita lakukan kita mesti
membangun kesadaran baru dengan memperjuangkan sampai ke akar-akarnya. Saya yakin bahwa
tidak akan ada yang sia-sia. Kalau memang isu ini penting, maka harus jadi generasi yang siap turun
tangan, tidak hanya unjuk tangan,” tutur Rian.

Maka, memasuki momentum pemilu, penting bagi anak muda untuk mengetahui track record baik
dari Capres, Cawapres, legislatif, maupun eksekutif. Try Luthfi Nugroho, Public Affairs Lead Bijak
Memilih menekankan bahwa Ada tiga framework yang digunakan di Bijak Memilih. Pertama,
mengetahui isu. Kita harus ketahui isu apa yang mau kita perjuangkan, misalkan tentang
pengendalian rokok; Kedua, mengetahui partai politik mana yang mendukung isu tadi. Bijak memilih
menyediakan informasi untuk mengetahui hal tersebut; Ketiga, kritis terhadap rekam jejaknya.
“Kalau melihat dari ketiga capres, mereka semua peduli pada isu anak (stunting) dan kesehatan ibu.
Kalau aspek rokok, tidak ada yang spesifik menyebutkan itu, tapi lebih ke pola hidup sehat. Proses
pemilu merupakan proses transfer kedaulatan dari rakyat ke pemimpin negara. Maka, gunakan hak
pilih kalian sebaik-baiknya,” jelas Luthfi.

Sejalan dengan yang disampaikan terkait track record, IYCTC juga turut meluncurkan website
www.pilihantanpabeban.id. Website ini memuat tentang kebijakan-kebijakan pengendalian rokok
yang selama ini turut menjadi pertanyaan apakah ada intervensi industri rokok di dalamnya, serta
memunculkan mapping para eksekutif dan legislatif yang mendukung maupun menolak terhadap
kebijakan pengendalian rokok. Data ini didapatkan berdasarkan pandangan/sikap yang ambil dari
berita media massa. Adapun tujuan gerakan Pilihan Tanpa Beban ini untuk mencari figur dan kolektif
gerakan yang mampu berkomitmen mencegah konflik kepentingan korporasi industri rokok dengan
kebijakan publik ke depannya.
Dalam acara IYSTC 2 ini, IYCTC bermaksud mengonfirmasi atas temuan yang telah ada di dalam
website dengan mengundang perwakilan partai politik incumbent dan pendatang baru, sekaligus
mengonfirmasi komitmen mereka dalam kebijakan pengendalian rokok melalui debat partai politik.
Sayangnya, tidak ada satupun partai politik incumbent yang hadir. Hanya terdapat 3 perwakilan
partai pendatang baru yang hadir, diantaranya Partai Buruh (diwakili oleh Ilhamsyah), Partai
Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia (yang diwakili oleh Rina Adeline), dan Partai Persatuan
Indonesia/Perindo (yang diwakili oleh Michael Victor Sianipar).

Bicara tentang regulasi dan intervensi dari industri rokok, Rina Adeline, Partai Gelora,
menyampaikan bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat besar dan setuju regulasi juga
diperketat, termasuk harga rokok yang masih murah, cukai yang rendah. Ilhamsyah, Partai Buruh,
menambahkan bahwa apapun hanya akan menjadi ide dan gagasan yang didiskusikan, selagi negara
tidak mempunyai keberpihakan kepada masyarakat, selagi hanya mengedepankan kepada investasi
yang punya modal. Negara tidak boleh berorientasi pada kepentingan pribadi/pada kepentingan
modal. Kalau tetap seperti itu, maka harus ada perubahan politik. Kami menginginkan perubahan
politik. Rakyat harus mempersatukan kekuatan, baik dari masyarakat, NGO, masyarakat sipil, harus
sadar bahwa perlu ada perubahan politik. Michael, Partai Perindo, memperkuat bahwa pendidikan
adalah satu aspek yang tidak boleh ketinggalan, selain itu harga rokok harus dinaikkan karena masih
mudah dijangkau dan masih banyak tempat yang menjual eceran. Terkait dengan larangan iklan
(rokok) juga harus didorong. Ini semua bisa terjadi kalau pemilik otoritas bisa berlaku adil pada
kepentingan masyarakat umum. Proses yang cacat akan melahirkan regulasi yang cacat. Michael
yakin bahwa semua punya kepentingan, tapi tidak boleh ada kepentingan golongan yang melebihi
kepentingan negara.

Pada akhir kegiatan ada empat orang muda yang menyampaikan gagasan besarnya untuk
pengendalian tembakau di Indonesia pasca Pemilu 2024. Mereka adalah Sarah Haderizqi Imani (Kota
Tangerang, Banten), Andi Indah Ayu Lestari (Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan), Mutiara Apridha
Putri (Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan), dan Kharisma Putri S. W (Kota Madiun, Jawa Timur).
Mereka percaya bahwa momentum pemilu adalah momentum tepat untuk menguji kembali nalar
kritis calon pemimpin di Indonesia. Baik itu calon presiden-wakil presiden maupun legislatif di
tingkat pusat dan daerah. Semua tokoh politik harus mempertimbangkan kebijakan yang berbasis
bukti dan meletakkan keberpihakan yang jelas yaitu memenuhi hak atas kesehatan masyarakat serta
kesejahteraan yang adil bagi semua. IYSTC tahun ini juga menekankan peran orang muda dalam
politik yang seharusnya tidak lagi menjadi objek tapi subjek yang berdaya.

Website: www.iyctc.id || Instagram dan TikTok: @iyctc.id || Twitter: @iyctc_id || Youtube: https://www.youtube.com/@iyctc8467.


This will close in 600 seconds

Konsultasi Klinik Hukum
Tutup
Scroll to Top