Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) bersama dengan beberapa perwakilan pemuda menyelenggarakan konferensi pers jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Mengusung tema “Kawal Pilkada – Kawal Kesehatan Warga”, hal ini menjadi ajang penting untuk menentukan arah kebijakan daerah yang memengaruhi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia. Dengan pemilih muda mencakup lebih dari 56% dari total pemilih, generasi milenial dan Gen Z memiliki peran strategis dalam menentukan masa depan bangsa. Namun, di tengah suasana politik, mereka menilai ada isu-isu mendasar yang menyentuh langsung kesejahteraan publik, seperti kesehatan masyarakat yang sering kali terabaikan.
Tantangan seperti tingginya angka konsumsi rokok di kalangan anak muda terus menjadi ancaman besar bagi generasi mendatang. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya adalah perokok anak. Begitupun dengan penggunaan rokok elektronik atau vape yang bertambah sepuluh kali lipat dalam satu dekade terakhir.
“Tingginya angka perokok sebenarnya sudah menunjukan bahwa isu krusial seperti ini kerap terpinggirkan dalam isu-isu politik nasional. Padahal, dampaknya merambah ke sektor-sektor vital negara, seperti kesehatan masyarakat, ekonomi, lingkungan, hak asasi manusia, dan lainnya. Belum lagi, efek candu dari rokok yang terus mengikat konsumennya untuk loyal kepada produk berbahaya tersebut turut memperparah ancaman terhadap masa depan bangsa,” ujar Ni Made Shellasih, Program Manager Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC). Shella menilai bahwa momentum Pilkada ini seharusnya menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk
tidak hanya memilih pemimpin, tetapi juga memastikan arah kebijakan yang berkelanjutan. “Pemilih harus melihat kandidat dengan pertimbangan luas, bukan hanya janji politik, tetapi juga rekam jejak yang menunjukkan keberpihakan terhadap kepentingan publik,” tambah Shella.
Di tengah meningkatnya tantangan kesehatan publik, Rizky Ramadhan, anggota Dewan Perwakilan Remaja (DPRemaja) dari Kota Medan, program inisiasi IYCTC dan CISDI, menyoroti bahwa anak muda terus menjadi target utama dalam strategi pemasaran industri rokok. “Di Kota Medan sendiri, isu kesehatan masyarakat juga sering kali dinomor duakan dalam prioritas politik daerah. Kawasan tanpa rokok (KTR) yang seharusnya melindungi ruang publik dari paparan rokok, misalnya, masih jauh dari optimal. Tempat makan, taman kota, hingga fasilitas pendidikan sering kali menjadi area bebas tanpa pengawasan. Hal ini semakin diperparah dengan banyaknya iklan rokok yang tersebar di dekat sekolah, melanggar regulasi yang sudah ada,” tegas Rizky.
Sementara itu, Yemima Aurellia dari Pemuda Penggerak berbagi pengalaman tentang implementasi kebijakan di Surakarta. “Banyak daerah memiliki regulasi pengendalian rokok yang sudah baik di atas kertas, tetapi tanpa pemimpin yang tegas, implementasinya lemah. Di Surakarta, kami berkolaborasi dengan Yayasan Kakak dan pemangku kebijakan (Pemerintahan lokal, dinas terkait dan DPRD setempat) untuk memastikan Perda No. 19 tahun 2019 tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok) dan Perda Reklame No. 3 tahun 2023 yang salah satunya mengatur tentang pelarangan iklan rokok radius 200 meter dari sekolah dan telah terlaksana dengan baik. Dan secara langsung, ini menunjukkan bukti bahwa kebijakan dapat berhasil jika ada dukungan penuh dari kepala daerahnya” katanya.
Melihat kebutuhan akan pemimpin yang berpihak pada kesehatan rakyat, platform Pilihan Tanpa Beban (https://pilihantanpabeban.id/) milik IYCTC hadir sebagai ‘alat bantu’ informasi berbasis data yang ditujukan agar masyarakat dapat mengetahui rekam jejak kandidat, baik calon kepala daerah maupun anggota legislatif terhadap pengendalian rokok di Indonesia.“Melalui kanal ini, kami telah memetakan sikap dan komitmen 37 pasangan calon gubernur serta 580 anggota DPR RI periode 2024-2029 terhadap kebijakan pengendalian rokok. Inisiatif ini menjadi bentuk kontribusi generasi muda dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas di era demokrasi digital,” sambung Shella.
Namun, tantangan besar masih ada. Data laporan dari Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI) menunjukkan indeks gangguan industri rokok di Indonesia pada 2023 mencapai 84 poin, meningkat dari dua tahun sebelumnya. Laporan ini mengungkap betapa besar pengaruh industri rokok dalam ranah politik. Ditambah lagi, beban ekonomi akibat konsumsi rokok bahkan jauh melampaui pendapatan dari cukai, sementara Indonesia mendapat cap sebagai baby smokers karena tingginya jumlah perokok usia dini. “Pilihan Tanpa Beban bukan untuk mendukung atau menjatuhkan kandidat tertentu, melainkan menjadi alat untuk mendorong pemilih lebih kritis. Kami percaya bahwa transparansi adalah langkah pertama untuk menuju demokrasi yang lebih sehat dan platform ini dirancang agar pemilih, terutama generasi muda, dapat membuat keputusan berdasarkan data yang transparan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, proses pemilihan pemimpin tidak hanya bergantung pada satu isu spesifik. Platform
seperti Kawula17.id menghadirkan pendekatan politik berbasis edukasi yang melibatkan pemilih muda
secara inklusif dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Menyambut Pilkada 2024, Kawula17.id
meluncurkan #KuisPilkada, sebuah kuis interaktif yang membantu pemilih mengetahui program gubernur
yang paling sesuai dengan preferensi politiknya. Maria Angelica Christy, Program Manager
Kawula17.id, menjelaskan bahwa inisiatif seperti kuis interaktif yang telah mereka luncurkan bertujuan
mempermudah pemilih muda memahami visi dan misi kandidat gubernur di provinsinya. “Kami ingin
memberikan pengalaman edukasi politik yang menyenangkan namun tetap informatif bagi pemilih.
Dengan kuis ini, pemilih di 20 provinsi dapat lebih memahami visi-misi dan program kandidat gubernur
untuk mengentaskan isu-isu penting di daerahnya,” jelas Angel.
Kawula17.id memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk meningkatkan akses informasi bagi pemilih muda. “Kami ingin mendorong pengguna media sosial, terutama anak muda, untuk mendekatkan diri dengan isu dan informasi politik. Tujuannya, agar masyarakat sadar bahwa politik itu selalu dekat dengan kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.
Di akhir sesi, organisasi-organisasi ini kembali menekankan urgensi pentingnya melihat seorang pemimpin dari berbagai sudut pandang yang lebih luas. Rekam jejak, keberpihakan terhadap kepentingan publik, dan visi jangka panjang kandidat harus menjadi pertimbangan utama. Memilih pemimpin bukan hanya soal satu isu spesifik, tetapi memastikan bahwa setiap kebijakan yang dibuat mencerminkan kebutuhan masyarakat secara luas, dari kesehatan, stabilitas ekonomi, lingkungan, kesejahteraan sosial, pendidikan, ketahanan pangan, hak asasi manusia, infrastruktur dan teknologi serta aspek lainnya. Momentum Pilkada adalah kesempatan emas bagi masyarakat untuk menuntut haknya kepada para pemimpin dalam membentuk masa depan daerah yang lebih sejahtera dan inklusif, di mana kedaulatan rakyat diwujudkan untuk menentukan arah pembangunan yang lebih baik.